Kemunculan sebuah organisasi mahasiswa yang baru masuk ke lingkungan Polnep kini mulai menjalankan aktivitasnya. Meski memiliki struktur nasional, kehadirannya di kampus ini terbilang baru dan langsung menimbulkan beragam respon dari mahasiswa. Organisasi tersebut merupakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Polnep Cabang Pontianak, organisasi tersebut kini mulai aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan internal di lingkungan kampus. Dengan membawa identitas sebagai bagian dari organisasi kemahasiswaan Islam berskala nasional, kehadiran HMI di polnep menuai sorotan karena sebelumnya tidak banyak dikenal di kalangan mahasiswa kampus vokasi tersebut.
Respons mahasiswa terhadap kehadiran HMI cukup beragam. Sebagian menilai kehadirannya sebagai bentuk penguatan ruang keislaman dan forum diskusi intelektual di kampus. Namun, muncul pula suara kritis terkait transparansi informasi dan jalur masuk organisasi tersebut. Beberapa mahasiswa mengaku baru mengetahui keberadaan HMI. Minimnya sosialisasi dan tidak adanya publikasi resmi dari institusi membuat sebagian pihak mempertanyakan apakah HMI telah melewati mekanisme yang biasa ditempuh oleh organisasi kemahasiswaan pada umumnya.
Selain itu, kehadiran HMI juga menimbulkan kekhawatiran potensi tumpang tindih dengan organisasi Islam yang sudah lebih dulu hadir di Polnep. Mahasiswa berharap, organisasi baru ini tidak menimbulkan eksklusivitas atau konflik representasi. Menanggapi hal tersebut, pihak pengurus HMI Komisariat Polnep menyampaikan bahwa pembentukan organisasi ini merupakan inisiatif dari mahasiswa Polnep sendiri yang sudah aktif di HMI. Tujuan awalnya adalah memberikan wadah yang lebih terorganisir agar aktivitas mereka tidak terpencar.
“Kami ini mahasiswa Polnep yang aktif di HMI, tapi sebelumnya tidak punya naungan resmi di kampus. Kalau tidak dikonsolidasikan, teman-teman bingung kemana arahnya,” ujar salah satu pengurus HMI.
Mereka mengklaim bahwa sebelum resmi menjalankan aktivitas di kampus, pihaknya telah mengantongi izin secara lisan dari direktur dan wakil direktur III Polnep. Karena statusnya sebagai organisasi eksternal, HMI tidak melalui jalur GBHO MPM sebagaimana organisasi internal kampus.
“Kami ini Organisasi Eksternal, bernaung secara struktural di luar kampus, jadi jalur masuknya berbeda. Tapi karena kami mahasiswa Polnep, dan sudah izin langsung ke pimpinan, maka dibolehkan,” lanjutnya.
Perwakilan HMI menyebut bahwa pendekatan dan struktur organisasi mereka berbeda dengan organisasi keislaman yang telah ada sebelumnya di kampus. Menurut mereka, HMI memiliki sistem kaderisasi nasional yang terstruktur dan tidak sepenuhnya bergantung pada fasilitas maupun dukungan institusi kampus. Aktivitas mereka dijalankan secara mandiri sebagai bagian dari jaringan organisasi yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Sementara itu, perwakilan HMI juga menegaskan bahwa kehadiran mereka tidak dimaksudkan untuk menimbulkan konflik atau dualisme di lingkungan organisasi kemahasiswaan. Mereka menekankan bahwa mahasiswa tetap memiliki kebebasan untuk aktif di berbagai organisasi sesuai minat masing-masing.
“Kami tidak melarang mahasiswa ikut organisasi lain. Kalau pun sudah di HMI, itu tidak menutup peluang ikut organisasi lain juga. Dualisme itu tidak kami lihat sebagai masalah,” ujar salah satu pengurus HMI Komisariat Polnep.
Menutup pernyataannya, pihak pengurus HMI Komisariat Polnep menyampaikan bahwa kehadiran mereka bukan untuk menimbulkan kegaduhan, melainkan untuk memberi ruang aktualisasi diri bagi mahasiswa yang memiliki semangat yang sama dalam hal keislaman dan keorganisasian. Ia pun berharap kehadiran HMI dapat diterima sebagai bagian dari dinamika kampus yang sehat dan inklusif.
“Tidak banyak yang kami minta, hanya keharmonisan di dalam kampus. Itu saja,” tutupnya.
Meski kontroversi sempat mengemuka, kemunculan organisasi baru seperti HMI di lingkungan Polnep menggarisbawahi pentingnya dialog terbuka antara mahasiswa, organisasi, dan pihak kampus. Dalam atmosfer akademik, perbedaan pandangan seharusnya tidak menjadi alasan perpecahan, melainkan menjadi pemicu tumbuhnya ruang diskusi yang sehat dan membangun. Ke depan, harapan bersama adalah terwujudnya kolaborasi antar organisasi tanpa menghilangkan identitas dan tujuan masing-masing demi menciptakan lingkungan kampus yang inklusif, partisipatif, dan harmonis.